Country | |
Publisher | |
ISBN | 9786233133548 |
Format | PaperBack |
Language | Bahasa Indonesia |
Year of Publication | 2021 |
Bib. Info | xiv, 118p. Includes Index |
Categories | Nobleman / Noble Clothing Literacy / Old Java Traditional Fashion / Royalty |
Product Weight | 192 gms. |
Shipping Charges(USD) |
Di Keraton Yogyakarta, kebutuhan kain yang digunakan para bangsawan dalam berbagai jenis begitu tinggi. Kain-kain inilah yang berfungsi sebagai kelengkapan tata busana dalam berbagai acara. Pada abad ke-18, di bawah pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I, keraton menaruh perhatian pada busana para kerabat dan punggawa dengan berbagai kelengkapannya. Payung dan keris merupakan dua hal yang begitu ketara menandai kelas sosial hingga jabatan selain busana. Aturan mengenai tata busana bagi para seluruh elemen kerajaan pun disusun sebagai sesuatu yang baku dan mengikat. Aturan busana ini disusun secara hierarki dan berfungsi sebagai bagian dari keabsahan diri sekaligus legitimasi jabatan. Penggunaan busana tersebut tentunya didukung dengan perhiasan pelengkap busana. Di dalam tradisi Jawa, istilah busana dan perhiasan kemudian disebut sebagai “wastra-langkara”. Wastra-langkara sendiri berarti busana dan perhiasan dalam Bahasa Jawa Kuna dan diadaptasi pada kebudayaan Jawa Baru (Mardiwarsito, dkk., 1992: 107). Istilah wastra yang merujuk pada busana (kain) telah digunakan oleh masyarakat Jawa berabad-abad silam.